Kota Gaib Saranjana Ada Di Peta Tapi Tidak Tampak
Dalam dunia nyata kota Saranjana berada di wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Namun sesungguhnya kota Saranjana tidak ditemukan dalam peta saat ini namun di peta dulu kota ini tercantum. Hingga kini masyarakat setempat mempercayai kota tersebut benar-benar ada hingga sekarang.
Saranjana konon adalah kerajaan atau kota besar alam gaib, letaknya di bagian selatan Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru. Sejak dulu masyarakat setempat percaya bahwa bagian pulau tersebut menjadi lokasi yang dihuni oleh bangsa jin. Masyarakat kotabaru meyakini bahwa tidak sembarang orang mampu melihat keberadaan kota Saranjana.
Dikisahkan juga dalam pulau tersebut memiliki beberapa misteri yang belum terungkap.
- Banyak alat berat dengan harga relatif mahal yang tidak ada pemiliknya.
- Terdapat buah raksasa.
- Terdengar suara saat malam hari.
- Ditambah pernah ada kapal Fery yang membawa penumpang ke dalam pulau tersebut yang dipercaya sebagai penduduk kota Saranjana.
Keterangan Dari Saksi Keberadaan Kota Mistis Saranjana
Kota Saranjana tidaklah asing di telinga masyarakat Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Keberadaan kota mistis ini di yakini adanya karena orang-orang yang menghuni kota mistis Saranjana sering menampakan keberadaanya baik itu di daerah kalimantan selatan terutama Kotabaru ataupun di daerah jauh seperti pulau Jawa silahkan baca artikel saya sebelumnya Kota Saranjana. Penghuni kota Saranjana merupakan makhluk halus atau sebangsa Jin.
Berikut keterangan saksi mata yang bersedia berbagi ceritanya.
Oleh Sumardi Ardi (https://www.facebook.com/sumardi.adi.98)
“Aku asli orang kotabaru percaya kalau Saranjana itu memang ada. Waktu aku kecil aku pernah melihat orang naik kuda, orang itu naik kuda putih dan pakaian nya serba kuning jadi aku percaya kalau saranjana itu ada. kalau kita enggak percaya ada nya orang gaib, itu sama saja kita tidak percaya ada tuhan. Alam kita ini bukan kita saja yang menempati masih banyak juga orang gaib”
Oleh R H
“Sebenarnya saya juga asli dari kabupaten kotabaru,tepatnya di desa Selaru. Saya pernah mendengar cerita dari paman saya, ketika ia pergi berburu kancil, ke hutan pada malam senin, di dalam hutan ia mendengar seperti ada acara besar, terdengar musik, yang begitu keras, tapi saat ia mencoba untuk lebih mendengarkannya suara-suara itu pun hilang.
Dan ada satu lagi, anak dari teman bapa saya, menghilang ketika memancing di muara sungai tapi ia berhasil kembali dan ia cerita, waktu itu saya dan teman saya, pergi ke muara sungai menggunakan perahu kayu, sesampai di sana, kami pun sangat banyak memperoleh ikan, kami pun bergegas pulang, karena mathari mulai terbenam, saya merasa, arah yang saya tempuh benar, dan saya pun sampai di rumah saya sendiri, saya mandi saya makan saya pun tidur, ketika ke esokan harinya, saya bangun tidur, dan mencuci muka, ke kamar mandi, air pun terasa asin dan sepontan, suasana rumah, berubah jadi hutan mangrup, saya terkejut, saya lihat teman saya sedang makan, yg ia makan adalah daun dan buah bakau, saya mencoba memanggilnya, ia pun tak mendengar, rupanya ia blum sadar, saya lari, sambil teriak, tolong-tolong, dan saya sampai di sebuah tambak, saya ikuti jalan yang ada di sampng tambak ikan itu, dan saya pun berhasil, keluar dan menemukan jalan raya, saya pun pulang ke rumah, ayah ibu saya menangis, saya cerita semuanya, tapi banyak yang tidak percaya, saya di tanya mana teman mu, kata orang, terus datang ibu teman saya, mana anak ku, kamu udah bunuh dia ya, tidak bu, kami semalam tertidur, tadi pagi saya lihat anak ibu, masih belum sadar, dari hayalannya, saya lari duluan bu, ketika itu orang-orang pun ramai pergi mencari, teman saya yang belum pulang, alhmdulilah, ia berhasil di temukan, dalam keadaan selamat.
Mungking ini saja yang saya bisa ceritakan, kalau membahas Saranjana, tidak ada habisnya, semoga dengan adanya Saranjana pulau kita, terhindar dari bencana.”
Oleh Mahmed
“Orang-orang yang tersebut mirip dengan orang yang kami temui saat jalan-jalan ke saranjana tahun lalu…
Ibu-ibu yang cerita malam tahun baru mendengar bunyi iring-iringan mobil yang rame sekali, yang setelah diintip tidak terlihat satu mobilpun. Pak sulaiman, kepala desa tempat kami meminjam pelampung buat ke saranjana dan Pak Bedi pemilik kapal yang mengantarkan kami ke Saranjana, terus bercerita di warung pisang goreng tentang penumpang feri yg tadinya banyak tiba-tiba saja menghilang.”
Oleh Band Terkenal Indonesia
Bukti lainnya datang dari band terkenal di Indonesia Adaband yang pernah mengadakan konser di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Adaband sendiri yang menceritakan langsung pengalamannya dalam salah satu acara program televisi PAS Mantap Trans 7 dan di posting di website resmi mereka.
https://www.mytrans.com/video/4685/ada-band-ditonton-oleh-hantu-ketika-konser-di-kalimantan-selatan
Penelusuran Ilmiah Soal Keberadaan Kota Saranjana
Masyarakat Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, semakin percaya tentang keberadaan Kota Saranjana setelah kejadian tahun 1980-an silam. Kala itu pemerintah setempat dikagetkan oleh kedatangan sejumlah alat berat pesanan dari Jakarta yang ditujukan ke alamat Kota Saranjana.
Padahal Kota Saranjana tidak termasuk ke dalam administrasi Kabupaten Kotabaru. Bahkan kenyataannya Kota Saranjana tidak pernah ada di pemetaan pulau Kalimantan.
Mengandalkan teknologi, Kawan GNFI juga tidak akan menemukannya di aplikasi Google Maps.
Bahasan soal Saranjana yang hingga kini masih misteri keberadaannya sebenarnya memang tidak bisa dilepaskan dari aspek sejarah lisan. Oleh sebab itu tak heran kalau keberadaan kota ini seolah-olah berada di antara fakta dan mitos.
‘’Kalau ditanya ke orang (Kabupaten) Kotabaru, pasti mereka tahu soal Saranjana. Atau paling enggak mereka pernah dengar,’’ ungkap sejarawan Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur, dalam perbincangannya dengan Kumparanpada Januari 2019 silam.
Meski begitu, Mansyur menjelaskan, keberadaan Saranjana bisa dilihat dari aspek historis melalui metode penelitian sejarah. Mulai dari metode heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.
Saranjana di Peta Buatan Solomon Muller
Pada tahun 1845, seorang naturalis—atau orang yang mengadakan penyelidikan khusus mengenai binatang dan tumbuhan—keturunan Jerman, Solomon Muller, mencantumkan Kota Saranjana di dalam peta buatannya.
Petanya berjudul Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo. Yang artinya peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo.
Peta tersebut diterbitkan secara resmi oleh Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dalam lembaga yang disebut Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel (Lembaga Penerbitan Peta Nusantara).
Dalam petanya tersebut, Muller menuliskan sebuah wilayah bernama Tandjong Sarandjana yang dituliskan dengan T. Sarandjana. Lebih tepatnya Saranjana diperlihatkan berada di sebelah selatan Pulau Laut.
‘’Berbatasan dengan wilayah Pulau Kerumputan dan Pulau Kijang,’’ ungkap Mansyur.
Jika ada yang meragukan Muller dalam membuat peta, maka sepertinya penilaian itu kurang pantas. Sebab Muller merupakan anggota Dinas Kehutanan Hindia Belanda kala itu. Dia pun sudah mendapatkan pelatihan membuat peta dari Museum Leiden, Belanda.
Kedatangannya ke Nusantara saat itu karena perintah untuk penelitian flora fauna di beberapa wilayah Nusantara.
Bukti lain tentang kapabilitas Muller juga terlihat bahwa hingga sekarang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kerap melakukan penelitian maupun analisis dengan mempertimbangkan catatan Muller yang terkenal di era 1840-an itu.
Keberadaan Saranjana yang diyakini memang ada di Indonesia selanjutnya dibuktikan dengan sebuah kata Saranjana pada kamus Belanda yang berjudul Aardrijkskundig en Statistisch Woordenboek van Nederlandsch Indie: Bewerkt Naar de Jongste en Beste Berigten karya Pieter Johannes Veth.
Kamus tersebut diterbitkan resmi di Amsterdam oleh Lembaga Penerbitan di Amsterdam bernama P.N. van Kampen pada 1869.
Dalam kamus tersebut, Veth menuliskan begini, ‘’Sarandjana kaap aan de Zuid-Oostzijde van Poeleoe Laut, welk eiland aan Borneo s Zuid-Oost punt is gelegen.’’
Yang artinya, ‘’Sarandjana, tanjung di sisi selatan Poeloe Laut (Pulau Laut) yang merupakan pulau yang terletak di bagian tenggara Kalimantan.''
Menanggapi hal tersebut Mansyur mengemukakan tiga kemungkinan.
Pertama, bahwa benar Saranjana berada di wilayah Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan.
Kedua, jika mengacu pada penjelasan Veth, maka kemungkinan Saranjana berada di Teluk Tamiang, Pulau Laut.
Ketiga, Saranjana merupakan wilayah yang berada di bukit kecil yang terletak di Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kalimatan Selatan. Jika melihat dari letak geografisnya, Mansyur tak menafikan bahwa bukit tersebut akan terlihat indah karena berbatasan langsung dengan laut.
‘’Namun, tempat ini dianggap angker oleh penduduk sekitar,’’ pungkasnya kepada Kumparan.
Kajian Sebuah Kota yang Hilang
Setelah peristiwa tahun 1980-an tersebut, belum ada lagi kisah yang menyadarkan masyarakat bahwa Saranjana merupakan salah satu kota yang benar-benar ada.
Selama ini masyarakat kerap melakukan banyak spekulasi dari beberapa selentingan atau cerita dari mulut ke mulut saja. Mulai dari bahwa kota tersebut merupakan kota peradaban yang ditempati oleh jin, sampai mitos kota mistis yang beredar di masyarakat.
Sebelum Saranjana, ada beberapa wilayah di seluruh dunia yang juga menghilang dan dianggap wilayah gaib dengan segala hal mistik yang beredar. Seperti Pulau Hy Brasil di sebelah barat Irlandia, Antilia di Samudra Atlantik, Pulau Sarah Ann bagian New York, Pulau Tuanahe bagian Kepulauan Cook.
Di era modern sekarang pun pulau atau kota hilang itu masih kerap terjadi. Seperti pada tahun 2018 terdapat tiga wilayah yang hilang, yakni Desa Tebunginako di Kiribati, pulau kecil di Hawaii, dan sebuah pulau tak berpenghuni di lepas pantai Jepang.
Ahli geologi di Pusat Ilmu Pengetahuan Pesisir dan Lautan Pasifik Amerika Serikat, Santa Cruz, California, Curt Storlazzi, menjelaskan bahwa menghilangnya wilayah-wilayah tersebut diakibatkan oleh erosi pantai di daerah tropis.
Dia mengatakan bahwa naiknya permukaan laut dapat mendesain ulang garis pantai dengan menghasilkan gelombang yang lebih besar. Nantinya hal tersebut akan menambahkan lapisan sedimen di beberapa tempat sekaligus sehingga menyebabkan erosi dan banjir besar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2013 silam juga pernah mengeluarkan laporan bahwa permukaan air laut bisa naik antara 1,5 kaki sampai 3 kaki pada 2100 mendatang. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan bahan emisi besar-besaran yang dapat menaikkan permukaan air laut.
Bahkan ilmuwan percaya, kenaikan air laut itu bisa mencapai 6,5 kaki pada akhir abad ini.
Nampaknya, teori tersebut juga bisa terjadi pada ‘’Saranjana yang Menghilang’’. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara tropis dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Sampai saat ini kota Saranjana masih menjadi misteri yang belum terungkap.
Post a Comment for "Kota Gaib Saranjana Ada Di Peta Tapi Tidak Tampak"